top of page

Lakukan Tiga Hal Ini agar Pertanian Indonesia Maju

Updated: Jan 2, 2020




Saat menanyakan profesi impian saat sudah dewasa kelak pada anak-anak, umumnya mereka menjawab seperti yang saya tuliskan di atas. Beberapa ada yang menjawab ingin menjadi pengusaha, ingin jadi chef, ada juga yang menjawab ingin menjadi presiden. Tak sedikit yang menjawab ingin menjadi youtuber.


Namun dari sekian banyak anak yang pernah saya tanya, tak ada satupun yang menjawab ingin menjadi petani. Padahal beberapa anak yang pernah saya ajak ngobrol-ngobrol ringan mengenai profesi yang ingin ditekuni setelah dewasa kelak, berasal dari desa, yang kiri-kanan tempat ia tinggal masih berupa persawahan. Miris? Iya! Namun kalau ditanya apakah kaget, tentu tidak.


Keluarga besar saya adalah petani. Turun-temurun mengelola persawahan di sebuah desa di Sukabumi, Jawa Barat. Sejak kecil kami sekeluarga sudah akrab dengan lumpur. Terbiasa bermain di pematang sawah. Tak heran melihat kerbau yang berjalan ke sana-kemari untuk menggemburkan tanah.


Namun apakah tertarik untuk menjadi petani? Tidak! Profesi petani di keluarga saya berakhir hingga nenek-kakek saya. Setelah generasi ibu dan ayah, beralih profesi ke bidang lain. Sawah yang kami miliki tetap dikelola, namun hasilnya lebih banyak untuk konsumsi pribadi. Jarang untuk dijual seperti leluhur kami dulu.


Biaya Tanam Semakin Mahal, Buruh Tani Semakin Jarang

Dulu saat swasembada beras ramai didengungkan, nenek saya bilang, hasil dari pertanian masih sangat bisa diandalkan. Nenek dan kakek saya, juga tetangga satu kampung, bisa berangkat ke tanah suci dengan menabung dari hasil penjualan pertanian. Padahal naik haji pada awal tahun 1970-an juga tidak murah, meski masih menggunakan kapal laut.



Comentários


Jl. Meruya Selatan No.1, RT.4/RW.1, Meruya Selatan Kota Jakarta Barat,94158

Tel: +6281903235604

Email : farmcompany@gmail.com

bottom of page